Sekarang saya ingin tahu tanggapan teman-teman bila shooting program TV (feature, reality show, magazine) bila menggunakan kamera ini. Ini menjadi pertanyaan bagi saya setelah mebantu beberapa teman yang sedang menjalankan tugas kuliah di FFTV-IKJ. Beberapa kelompok menggunakan kamera ini sebagai materi visualnya untuk program TV non-drama. Yang saya rasakan setelah membantu pascaproduksi (audio-post) mereka ada kejanggalan, seperti:
-Kamera tersebut mempunyai spek yang minim untuk audio, jadi mau tidak mau mesti menggunakan sistem perekaman double system (perekaman gambar dan suara secara terpisah). Dimana pada saat transfer data & editing, editor harus mensinkronkan gambar dengan suara dan sebuah program TV harus bergerak cepat maka dari itu tidak menggunakan slate sebagai acuan untuk sinkronisasi. Jadi, saya hanya berkata sabar kepada editor
-Kebutuhan transfer data jika memory penuh. Lain dengan bahan baku kaset mini dv/dvcam yang dicapture belakangan dan bahan baku tersebut mampu merekam selama kurang lebih 40-60 menit per kaset.
-5D & 7D untuk saat ini hanya compatible dengan software editing Final Cut Pro. Dan untuk import ke timeline tersebut membutuhkan proses transcoding dari codec H264 ke Apple ProRes 422. Tentu saja, memakan waktu lebih lama. Lamanya mentransfer 1 klip itu hampir real time. Bila 1 klip berdurasi 1 menit, maka transfer memakan waktu hampir 1 menit juga. Saya rasa ini akan menghambat waktu menuju proses tayang.
-Kamera tersebut progressive scaning yang scale sizenya 1920x1080. Sedangkan untuk tayang di TV yang saya tahu itu PAL 720x576 dan interlaced. Memakan waktu juga pada tahap export/convert.
-Saya sudah bertukarpikiran dengan teman-teman yang di broadcast kalau Indonesia belum bisa menyajikan HD untuk tayangan TV. Dan saya berpikiran, "buat apa shooting dengan HD namun ditayangkan SD?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar